Akademisi Universitas Negeri Manado (UNM) Manado, Sulut, Prof. Dr Otto Cornelius (OC) Kaligis menyatakan berhentilah untuk memfitnah kepada Presiden kedua Soeharto karena dinilai memiliki jasa untuk negara.
” Masyarakat Asean kagum dengan Pak Harto, ketika beliau sakit mantan Presiden Singapura Lee Kwan Yu menyempatkan diri mengunjungi di RS Pertamina, ” kata OC Kaligis di Jakarta, Senin.
Kaligis mengatakan kepemimpinan Pak Harto diakui dunia dan beberapa kali pimpinan dunia berkumpul di Bali membicarakan masalah global.
Masalah tersebut terkait Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Rabu (29/9/2024) sepakat menghapus nama Soeharto yang tertulis dalam pasal 4 Tap MPR No.11 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Menurut dia, diawal pemerintahan Soeharto, inflasi berhasil diturunkan dari 360 persen menjadi 10 persen dan berhasil mencukupi kebutuhan sandang, pangan serta rehabilitasi berbagai sarana dan prasaran ekonomi bahkan ekspor meningkat.
Dia mengatakan sebagian pihak yang sering mendampingi presiden kedua itu dan pernah sebagai kuasa hukum bahwa kunjungan ke Komisi HAM di Jenewa, Swiss pada 14 Juni 2000 menyatakan perkara Soeharto harus dihentikan, sampai beliau sembuh.
“Hal ini pun menjadi pertimbangan Mahkamah Agung RI sama seperti pendapat dari Komisi HAM PBB itu, ” katanya.
Kaligis mengatakan perkara Pak Harto sudah pernah dihentikan (SP3) hanya karena alasan politis maka perkara itu dibuka kembali dan dipaksakan, padahal saat itu Pak Harto telah sakit dan kehilangan ingatan.
Menyangkut kasus Trisaksi, kata dia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Pak Harto, bahkan Presiden Soeharto lengser untuk menghindari korban mahasiswa yang lebih banyak.
Pada era Pak Harto tidak dihiasi demo setiap hari termasuk pengangkatan walikota, bupati, gubernur secara langsung, hal ini tentu dapat menghemat anggaran negara.
Kaligis menyampaikan pendapat tersebut kepada pihak yang kurang paham apa yang dilakukan Pak Harto selama pemerintahannya agar berhenti untuk melempar fitnah.
Menurut dia, sebagai pihak yang pernah menjadi pengacara Pak Harto dan berkomunikasi langsung dalam rangka pembelaan kepada beliau, semua peristiwa hukum itu dijadikan buku.
